Pages

Sabtu, 11 April 2015

CINTA BISA KADALUARSA? (oleh : Vn)




Malam guys, baru ngepost lagi nih. Ini sebenernya tulisan udah lama banget dibuat, tepatnya karangan ini dibuat guna memenuhi tugas Bu Lis, dosen bahasa Indonesia. Bingung awalnya mau buat karangan apa, akhirnya fiksi aja deh. Sedikit cerita aja nih guys, pas gue bacain ni karangan di depan kelas, Bu dosen kepo sama ending ni karangan. whehehe... Temen2 dikelas juga pada nge-ciyehin pas gue baca ini. Entah ada apa dengan mereka pada saat itu -______- Baiklah, langsung aja yaa, silahkaannn... Happy reading on satnight :)


Semilir angin senja menusuk sekujur tubuhku yang menegang ketika sedang membaca pesan singkat  dari seseorang yang sedang aku harapkan. “Maaf ya, aku ga tahu. Aku merasa sudah tidak seperti dulu lagi, Fen. Aku sedang tidak bisa merasakan rasa sayang kepada siapapun, termasuk kamu.” Ya Tuhan, rasanya saat itu juga seperti ada petir yang menyambarku di siang bolong. Aku terdiam beberapa menit untuk benar-benar mencerna pesan itu, dan tak terasa ponselku sudah basah karena air mata yang berdesakkan mengalir dari sudut mataku. Inikah jawaban atas semua pertanyaan selama hampir satu bulan ini?
Masih benar-benar segar di kepalaku bagaimana pengorbanan dan usahanya untuk membuat hatiku terbuka dan diisi oleh cintanya. Tapi semua itu dengan mudah lenyap dan tak tersisa sedikitpun di benaknya, seperti orang yang sangat kelaparan kemudian menghabiskan semua makanannya sampai tak sebutir nasi tersisa. Apakah cinta yang ia miliki sedangkal itu?
Dahulu aku tak percaya bahwa cinta itu bisa kadaluarsa, karena hakikatnya cinta adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada setiap hamba-Nya. Cinta itu sendiri sama sekali tidak dapat dipaksakan, cinta hanya dapat berjalan apabila kedua belah pihak ikhlas, cinta tidak dapat berjalan apabila mereka mementingkan diri sendiri. Karena dalam berhubungan, pasangan kita pasti menginginkan suatu perhatian lebih dan itu hanya bisa di dapat dari pengertian pasangannya.
Tetapi sekarang, setelah aku membaca tingkah Rendi sekaligus membaca pesan singkat yang ia kirim, aku percaya bahwa cinta itu bisa kadaluarsa. Cinta yang aku dan ia miliki tidak seimbang, aku rasa lebih berat di sisiku.
*
“Fen, nebeng aku yok, arah rumahku kan sama dengan halte yang biasa kamu tunggu bus.” Tanpa berpikir panjang aku pun langsung meng-iya-kan ajakannya itu, lumayan jarak sekolah ke halte bus 15  sampai 20 menit jika ditempuh dengan berjalan kaki.
Tidak ada lima menit kita sudah sampai di halte pemberhentian bus. Seperti biasa, butuh waktu lama sampai bus jurusan Comal itu tiba. Tak terasa sudah 20 menit aku menunggu dan bus itu tak kunjung tiba. Rendi masih setia di sampingku, menemaniku sampai busnya benar-benar tiba. Tiinn…tiinnn… Ah, akhirnya aku bisa pulang juga.
Hari-hari berikutnya Rendi seperti tukang ojek pribadiku, aku menunggunya di gerbang sekolah dan tak lama ia datang dengan sepeda motor silvernya itu.  “Yok, Fen…” Aku hanya membalasnya dengan senyum simpul dan mengambil posisi duduk di jok belakang.
Seperti itu kegiatan kami sudah hampir sebulan, tak hanya mengantarku sampai halte pemberhentian bus, tapi ia juga menemaniku dengan setia, menunggu bus yang tak tentu datangnya kapan. Hari ke hari aku semakin merasakan sikapnya yang sangat perhatian dan tak jarang teman-teman di sekolah baik teman kelasnya dan teman kelasku mengira kita menjalin hubungan khusus. Padahal Rendi dan aku hanya sebatas teman yang sering cerita masalah-masalah pelajaran ataupun masalah pribadi kami. Ya, tak lebih dari itu.
“Fen, kamu tahu ga sih atau pura-pura ga tahu kalau Rendi tuh suka sama kamu?“ Salah satu sahabat Rendi menegurku saat kita bertemu di kantin sekolah. “Ah, ga usah bercanda deh, Dit. Aku tau dia lagi naksir teman seangkatan kita juga, tapi aku belum tau sih orangnya siapa, hehehe..” Jawabku. “Ya ampun Fen, orang itu tuh kamu. Dia naksir kamu dari kelas X dulu, pas kita baru masuk OSIS, tapi dia baru brani deketin kamu akhir-akhir ini.” Terang Adit dengan ekspresi wajah meyakinkan. Sedangkan aku hanya meresponnya dengan wajah kebingungan.
Apa yang Rendi suka dari aku, anak perempuan sederhana, tidak modis, tidak bisa berbicara pakai bahasa daerah, sekalinya aku berbicara memakai bahasa daerah teman-teman malah menertawakanku, “hahaha, wis toh Fen ndak usah mekso”. Hiiisshh rasanya malu sekali memilki darah Jawa tetapi tidak bisa menerapkannya dalam berbahasa. Apa yang lebih dari seorang Fenny Silvianingrum?
Mungkin itu yang dinamakan cinta, tak memandang fisik, materi, ataupun kekurangan dari orang yang kita cinta. Yang dirasa hanyalah kebahagian saat kita berada dekat dengannya, dan sakit yang menyiksa saat kita jauh dengannya.
“Aku sayang kamu, Fen.” Kalimat itu yang selalu terekam jelas di telinga dan pikiranku.
Tahun pertama, tahun kedua, tahun ketiga, dan kini memasuki tahun keempat.
*
 “Fen…… Fenny…… Kamu kenapa? Fenny….” Suara itu tiba-tiba membuyarkan lamunanku tentang masa-masa indahku dulu bersama Rendi dan menarikku kembali ke dunia tempatku berpijak. Tanganku masih setia menggenggam ponsel yang berisi pesan mematikan itu. Mataku tak kuasa menahan bendungan yang sangat kuat untuk ditumpahkan. Ya Tuhan, semudah itu kah cinta kadaluarsa?
Kemana kenangan kita selama ini, begitu tak indah kah mereka sehingga kamu tak ingin mengingatnya kembali. Apa karena kamu seorang laki-laki sehingga tak bisa menggunakan perasaanmu untuk merasakan. Ya, aku tau laki-laki lebih memakai logikanya saat menghadapi segala masalah, termasuk masalah hati. Sehingga kalian dengan mudah meninggalkan kami, kami yang dahulu kalian perjuangkan dengan susah payah. Tapi sekarang disaat kami tenggelam pada dalamnya cinta yang telah kalian buat, kalian sendiri yang menghancurkannya. Dan aku rasa cinta kadaluarsa hanya dirasakan oleh kalian para kaum Adam. Ketika kandungan yang ada di dalam cinta sudah sering kalian rasakan, sudah terlalu lama disimpan, dan akhirnya kalian bosan, kalian datang pada titik jenuh hubungan ini. Dengan mudah kalian pergi. Apa ini tujuan kalian?
Tuhan, aku masih saja tak percaya dengan semua ini. Cinta yang ia punya mengapa begitu mudah pergi. Ia pikir aku akan merelakan cinta yang kupunya pergi dengan mudah? Jelas tidak. Namun, aku bisa apa? Cinta tidak dapat dipaksakan. Biarlah cinta itu hidup di tempat yang ia inginkan, yang membuatnya nyaman. Mencintai seseorang tak perlu ada alasan yang jelas. Karena alasan itu, suatu saat bisa berubah sewaktu-waktu. Kelak hal itulah yang membuatmu kecewa dan bosan.
Jagalah cinta yang kita miliki sekarang. Belajarlah untuk mencinta bukan karena ada alasan atau tujuan tertentu, mencintalah dengan tulus. Karena ketulusan akan menguatkan mereka yang sedang memperjuangkan cintanya.

Rabu, 01 April 2015

Hari Jadi Kota Batik ke-109 (Vn's Story)


Selamat malam kota nan indah,

Selamat hari jadi Kota Pekalongan yang ke-109. Semaki kreatif, semakin terbang tinggi untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada dunia. I LOVE BATIK, I LOVE MEGONOooo…. I LOVE PEKALONGAN dan aku cinta orang-orang Pekalongan. Whehehe….
Yah walaupun bukan kota kelahiranku, bukan kota tempat ku tinggal, dan bukan pula tempat sanak saudaraku menetap, aku tetap cinta kota Pekalongan. Karena di kota itu aku mendapat sekali banyak ilmu, teman yang sudah seperti keluarga, dan sempat menyicipi hati seorang pemuda Pekalongan juga =D

Tiga tahun aku menikmati suasana kota Pekalongan, Comal-Pekalongan aku tempuh demi mendapatkan ilmu yang disampaikan guru-guruku di SMK Negeri 2 Pekalongan. Tempat itu, yaa tempat itu adalah tempat yang bersejarah bagiku. Dimana aku menemukan manusia-manusia dengan keunikan masing-masing dan kemedok-kan ketika mereka berbicara membuatku sedikit ilfeel saat aku baru menginjakkan kaki disana.
Tempat aku mengerti sedikit demi sedikit budaya jawa, bahasa jawa, kebiasaan mereka, keanggunan dan kesopanan dalam bertutur kata. Syawalan, Lopis, Slamaran, Nge-Boom, THR, Jetayu, Pusri, banjir Pasir sari, aahhh nama-nama itu membangunkan kembali kerinduaku.

Kisahku lahir dan tumbuh di Pekalongan bersama orang-orang yang ku sayang. Belajar berorganisasi, belajar bahasa yang menurutku lebih sulit dari bahasa Inggris, belajar bersepeda, belajar menjadi manusia yang sabar ketika menunggu bus yang tak kunjung datang, belajar mencerna dengan cepat saat teman-teman berbicara memakai bahasa Jawa, belajar pacaran juga hehehe, tentunya menjadi pacar yang setia yaa…. banyak sekali yang aku dapat dari kota itu.

Suasana pagi, siang, malam, hujan, panas, angin kencang, geludug, dan suasana mencekam ketika bermalam disekolah pun pernah aku rasakan disana. Sungguh aku rindu sekali Kota Pekalongan. Tak pernah absen ketika aku ke Comal pasti aku mengunjungi Pekalongan. Kotaku, kota yang mengajarkanku banyak hal. Kota yang indah, ya walaupun sungainya sudah tercemar dengan air rendaman pembuatan batik. Banjir ketika hujan sedikit saja turun. Bahkan tidak hujan pun bisa tiba-tiba banjir. Tapi hal itu tidak mengurangi sedikitpun kecintaan ku pada Kota Pekalongan.

Sekali lagi, selamat ulang tahun kota tercinta, semoga semakin maju, ciptakan bibit-bibit yang berkualitas, batik yang indah, suasana yang tetap nyaman, dan tentunya pertahankan dan lestarikan budaya yang kau punya. I LOVE PEKALONGAN….. :*


Veyntha, Naxagha, faiz, adit, hafidz, gita, bilkis, temen-temen OSIS lainnya, anak2 tkj2, ak2, ak1,tkj1, ap1, ap2, pm123, pak maskur, bu oo, pak sya, bu eni, bu deli, dan guru-guru tercinta lainnya. I miss u all sooooo muchhhh……